- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Buatlah inventarisasi tentang pergerakan nasional pada masa pendudukan Jepang, kemudian bandingkan dengan masa penjajahan Belanda!
Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI
Kurikulum 2013
Edisi Revisi 2017
Sejarah Indonesia Kelas 11 Semester 2 Bab 5 Latih Uji Kompetensi Halaman 71
Buatlah inventarisasi tentang pergerakan nasional pada masa pendudukan Jepang, kemudian bandingkan dengan masa penjajahan Belanda!
Pergerakan nasional pada masa pendudukan Jepang yaitu :
1. Organisasi yang Bersifat Sosial Kemasyarakatan
a. Gerakan Tiga A
Untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia dan menjadi wadah propaganda yang efektif. Dibentuk pada tanggal 29 Maret 1942. Semboyannya, yaitu Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. Mr. Syamsuddin sebagai ketua. Karena kurang mendapat simpati dari rakyat, pada bulan Desember 1942 Gerakan Tiga A dinyatakan gagal.
b. Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
Dibentuk tanggal 16 April 1943 oleh Sukarno, Hatta, K.H.Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara Mereka disebut sebagai empat serangkai. Tujuan Putera adalah untuk membangun dan menghidupkan kembali segala sesuatu yang telah dihancurkan oleh Belanda.
Menurut Jepang, Putera bertugas untuk memusatkan segala potensi masyarakat Indonesia guna membantu Jepang dalam perang. Di samping tugas di bidang propaganda, Putera juga bertugas memperbaiki bidang sosial ekonomi. Putera telah berhasil mempersiapkan rakyat secara mental bagi kemerdekaan Indonesia. Melalui rapat-rapat dan media massa, pengaruh Putera semakin meluas.
Perkembangan Putera akhirnya menimbulkan kekhawatiran di pihak Jepang. Putera telah dimanfaatkan oleh pemimpin-pemimpin nasionalis untuk mempersiapkan ke arah kemerdekaan, tidak digunakan sebagai usaha menggerakkan massa untuk membantu Jepang. Tahun 1944 Putera dinyatakan bubar oleh Jepang.
Melalui badan propaganda Jepang ini Bahasa Indonesia mulai tersebar di kalangan masyarakat Indonesia sekaligus pula membuat nasionalisme Indonesia semakin kuat.
c. Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) dan Majelis Syura Muslimin (Masyumi)
Pada tanggal 4 September 1942 MIAI diizinkan aktif kembali. Adapun tugas dan tujuan MIAI waktu itu adalah sebagai berikut.
1) Menempatkan umat Islam pada kedudukan yang layak dalam masyarakat Indonesia.
2) Mengharmoniskan Islam dengan tuntutan perkembangan zaman.
3) Ikut membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya
Untuk merealisasikan tujuan dan melaksanakan tugas itu, MIAI membuat program yang lebih menitikberatkan pada program-program yang bersifat sosio-religius. Secara khusus program-program itu akan diwujudkan melalui rencana sebagai berikut:
1) pembangunan masjid Agung di Jakarta,
2) mendirikan universitas, dan
3) membentuk baitulmal.
Namun, hanya program baitulm al yang disetujui jepang. Keberhasilan program baitul mal, semakin memperluas jangkauan perkembangan MIAI. Dana yang terkumpul dari program tersebut semata-mata untuk mengembangkan organisasi dan perjuangan di jalan Allah, bukan untuk membantu Jepang.
Pada November 1943 MIAI dibubarkan karena tidak memberi konstribusi terhadap Jepang . Sebagai penggantinya, Jepang membentuk Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia). Harapan dari pembentukan majelis ini adalah agar Jepang dapat mengumpulkan dana dan dapat menggerakkan umat Islam untuk menopang kegiatan perang Asia Timur Raya.
Ketua Masyumi ini adalah Hasyim Asy’ari dan wakil ketuanya dijabat oleh Mas Mansur dan Wahid Hasyim. Masyumi cepat berkembang, di setiap karesidenan ada cabang Masyumi. Oleh karena itu, Masyumi berhasil meningkatkan hasil bumi dan pengumpulan dana. Masyumi menjadi organisasi massa yang pro rakyat, sehingga menentang keras adanya romusa.
d. Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa)
Yaitu pada tahun 1944. Kebaktian yang dimaksud memuat tiga hal:
1) mengorbankan diri,
2) mempertebal persaudaraan, dan
3) melaksanakan suatu tindakan dengan bukti.
Penasihatnya adalah Ir. Sukarno dan Hasyim Asy’ari. Adapun program-program kegiatan Jawa Hokokai sebagai berikut:
1) melaksanakan segala tindakan dengan nyata dan ikhlas demi pemerintah Jepang
2) memimpin rakyat untuk mengembangkan tenaganya berdasarkan semangat persaudaraan, dan
3) memperkokoh pembelaan tanah air
Di dalam membantu memenangkan perang, Jawa Hokokai telah berusaha antara lain dengan pengerahan tenaga dan memobilisasi potensi sosial ekonomi, misalnya dengan penarikan hasil bumi sesuai dengan target yang di tentukan.
2. Organisasi Semimiliter
a. Pengerahan Tenaga Pemuda
Yaitu untuk membantu memperkuat posisi Jepang dalam menghadapi perang. Dan dijadikan sasaran utama bagi propaganda Jepang. Karena jepang melihat pemuda Indonesia yang jumlahnya cukup besar.
b. Organisasi Seinendan (Korps Pemuda)
Dibentuknya Seinendan adalah untuk mendidik dan melatih para pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri. Bagi Jepang, untuk mendapatkan tenaga cadangan guna memperkuat usaha mencapai kemenangan dalam perang Asia Timur Raya. Tokoh-tokoh Indonesia yang pernah menjadi anggota Seinendan antara lain, Sukarni dan Latief Hendraningrat.
c. Keibodan (Korps Kewaspadaan)
Pembentukan Keibodan ini memang dimaksudkan untuk membantu tugas polisi, misalnya menjaga lalu lintas dan pengamanan desa. Untuk itu anggota Keibodan juga dilatih kemiliteran.
d. Barisan Pelopor
Dibentuk pada 1 November 1944. Pemimpinnya yakni Ir. ukarno, yang dibantu oleh R.P. Suroso, Otto Iskandardinata, dan Buntaran Martoatmojo.
Dengan adanya organisasi ini, semangat nasionalisme dan rasa persaudaraan di lingkungan rakyat Indonesia menjadi berkobar. Barisan Pelopor disebut sebagai organisasi semimiliter di bawah naungan Jawa Hokokai.
e. Hizbullah (Tentara Allah)
Berdiri pada tanggal 15 Desember 1944 diusulkan oleh para pemimpin Masyumi. Bagi Jepang, pasukan khusus Islam itu digunakan untuk membantu memenangkan perang, tetapi bagi Masyumi pasukan itu digunakan untuk persiapan menuju cita-cita kemerdekaan Indonesia.
Tugas pokok Hizbullah adalah sebagai berikut:
1) Sebagai tentara cadangan dengan tugas:
a) melatih diri jasmani maupun rohani dengan segiat-giat nya,
b) membantu tentara Dai Nippon,
c) menjaga bahaya udara dan mengintai mata-mata musuh, dan
d) meng giatkan dan menguatkan usaha-usaha untuk kepen tinganperang.
2) Sebagai pemuda Islam, dengan tugas:
a) menyiarkan agama Islam,
b) memimpin umat Islam agar taat menjalankan agama, dan
c) membela agama dan umat Islam Indonesia.
Ketua pengurus pusat Hizbullah adalah KH. Zainul Arifin, dan wakilnya adalah Moh. Roem. Anggota pengurusnya antara lain, Prawoto Mangunsasmito, Kiai Zarkasi, dan Anwar Cokroaminoto.
Hizbullah merupakan organisasi semimiliter berada di bawah naungan Masyumi. Pelatihan dalam organisasi hizbullah berhasil menumbuhkan semangat nasionalisme para kader yang menguntungkan Indonesia.
3. Organisasi Militer
a. Heiho (Pasukan Pembantu)
Tujuan pembentukan Heiho adalah membantu tentara Jepang. Kegiatannya antara lain, membangun kubu-kubu pertahanan, menjaga kamp tahanan, dan membantu perang tentara Jepang di medan perang.
b. Peta (Pembela Tanah Air)
Berdiri pada tanggal 3 Oktober 1943. Peta bertugas membela dan mempertahankan tanah air Indonesia dari serangan Sekutu. Beberapa tokoh terkenal di dalam Peta, antara lain Supriyadi dan Sudirman.
Pada masa kolonial Belanda umumnya organisasi pergerakan yang muncul dan berkembang diprakarsai oleh para pejuang rakyat Indonesia, tetapi pada zaman Jepang banyak organisasi atau perkumpulan yang berdiri diprakarsai oleh Jepang, sementara para tokoh Indonesia mencoba memanfaatkan organisasi itu untuk kepentingan perjuangan.
1) pembangunan masjid Agung di Jakarta,
2) mendirikan universitas, dan
3) membentuk baitulmal.
Namun, hanya program baitulm al yang disetujui jepang. Keberhasilan program baitul mal, semakin memperluas jangkauan perkembangan MIAI. Dana yang terkumpul dari program tersebut semata-mata untuk mengembangkan organisasi dan perjuangan di jalan Allah, bukan untuk membantu Jepang.
Pada November 1943 MIAI dibubarkan karena tidak memberi konstribusi terhadap Jepang . Sebagai penggantinya, Jepang membentuk Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia). Harapan dari pembentukan majelis ini adalah agar Jepang dapat mengumpulkan dana dan dapat menggerakkan umat Islam untuk menopang kegiatan perang Asia Timur Raya.
Ketua Masyumi ini adalah Hasyim Asy’ari dan wakil ketuanya dijabat oleh Mas Mansur dan Wahid Hasyim. Masyumi cepat berkembang, di setiap karesidenan ada cabang Masyumi. Oleh karena itu, Masyumi berhasil meningkatkan hasil bumi dan pengumpulan dana. Masyumi menjadi organisasi massa yang pro rakyat, sehingga menentang keras adanya romusa.
d. Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa)
Yaitu pada tahun 1944. Kebaktian yang dimaksud memuat tiga hal:
1) mengorbankan diri,
2) mempertebal persaudaraan, dan
3) melaksanakan suatu tindakan dengan bukti.
Penasihatnya adalah Ir. Sukarno dan Hasyim Asy’ari. Adapun program-program kegiatan Jawa Hokokai sebagai berikut:
1) melaksanakan segala tindakan dengan nyata dan ikhlas demi pemerintah Jepang
2) memimpin rakyat untuk mengembangkan tenaganya berdasarkan semangat persaudaraan, dan
3) memperkokoh pembelaan tanah air
Di dalam membantu memenangkan perang, Jawa Hokokai telah berusaha antara lain dengan pengerahan tenaga dan memobilisasi potensi sosial ekonomi, misalnya dengan penarikan hasil bumi sesuai dengan target yang di tentukan.
2. Organisasi Semimiliter
a. Pengerahan Tenaga Pemuda
Yaitu untuk membantu memperkuat posisi Jepang dalam menghadapi perang. Dan dijadikan sasaran utama bagi propaganda Jepang. Karena jepang melihat pemuda Indonesia yang jumlahnya cukup besar.
b. Organisasi Seinendan (Korps Pemuda)
Dibentuknya Seinendan adalah untuk mendidik dan melatih para pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri. Bagi Jepang, untuk mendapatkan tenaga cadangan guna memperkuat usaha mencapai kemenangan dalam perang Asia Timur Raya. Tokoh-tokoh Indonesia yang pernah menjadi anggota Seinendan antara lain, Sukarni dan Latief Hendraningrat.
c. Keibodan (Korps Kewaspadaan)
Pembentukan Keibodan ini memang dimaksudkan untuk membantu tugas polisi, misalnya menjaga lalu lintas dan pengamanan desa. Untuk itu anggota Keibodan juga dilatih kemiliteran.
d. Barisan Pelopor
Dibentuk pada 1 November 1944. Pemimpinnya yakni Ir. ukarno, yang dibantu oleh R.P. Suroso, Otto Iskandardinata, dan Buntaran Martoatmojo.
Dengan adanya organisasi ini, semangat nasionalisme dan rasa persaudaraan di lingkungan rakyat Indonesia menjadi berkobar. Barisan Pelopor disebut sebagai organisasi semimiliter di bawah naungan Jawa Hokokai.
e. Hizbullah (Tentara Allah)
Berdiri pada tanggal 15 Desember 1944 diusulkan oleh para pemimpin Masyumi. Bagi Jepang, pasukan khusus Islam itu digunakan untuk membantu memenangkan perang, tetapi bagi Masyumi pasukan itu digunakan untuk persiapan menuju cita-cita kemerdekaan Indonesia.
Tugas pokok Hizbullah adalah sebagai berikut:
1) Sebagai tentara cadangan dengan tugas:
a) melatih diri jasmani maupun rohani dengan segiat-giat nya,
b) membantu tentara Dai Nippon,
c) menjaga bahaya udara dan mengintai mata-mata musuh, dan
d) meng giatkan dan menguatkan usaha-usaha untuk kepen tinganperang.
2) Sebagai pemuda Islam, dengan tugas:
a) menyiarkan agama Islam,
b) memimpin umat Islam agar taat menjalankan agama, dan
c) membela agama dan umat Islam Indonesia.
Ketua pengurus pusat Hizbullah adalah KH. Zainul Arifin, dan wakilnya adalah Moh. Roem. Anggota pengurusnya antara lain, Prawoto Mangunsasmito, Kiai Zarkasi, dan Anwar Cokroaminoto.
Hizbullah merupakan organisasi semimiliter berada di bawah naungan Masyumi. Pelatihan dalam organisasi hizbullah berhasil menumbuhkan semangat nasionalisme para kader yang menguntungkan Indonesia.
3. Organisasi Militer
a. Heiho (Pasukan Pembantu)
Tujuan pembentukan Heiho adalah membantu tentara Jepang. Kegiatannya antara lain, membangun kubu-kubu pertahanan, menjaga kamp tahanan, dan membantu perang tentara Jepang di medan perang.
b. Peta (Pembela Tanah Air)
Berdiri pada tanggal 3 Oktober 1943. Peta bertugas membela dan mempertahankan tanah air Indonesia dari serangan Sekutu. Beberapa tokoh terkenal di dalam Peta, antara lain Supriyadi dan Sudirman.
Pada masa kolonial Belanda umumnya organisasi pergerakan yang muncul dan berkembang diprakarsai oleh para pejuang rakyat Indonesia, tetapi pada zaman Jepang banyak organisasi atau perkumpulan yang berdiri diprakarsai oleh Jepang, sementara para tokoh Indonesia mencoba memanfaatkan organisasi itu untuk kepentingan perjuangan.
Komentar
Posting Komentar